Tiba-tiba Anda merasa bersedih, merasa sendiri, dan tak ingin melakukan apa-apa. Hati-hati, jangan-jangan ini pertanda depresi.
Mungkin yang Anda alami di atas termasuk gejala depresi. Apa itu depresi? Gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai proses berpikir, berperasaan dan berperilaku seseorang.
Seseorang yang depresi memperlihatkan perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan, disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan. Selain itu yang bersangkutan juga kehilangan energy, sehingga kelihatan mudah lelah dan malas beraktivitas.
Apa penyebabnya?
Tidak ada penyebab utama tunggal pada gangguan depresi. Setiap orang dapat mengalami depresi karena berbagai penyebab dan karena berbagai pencetus yang berbeda. Paling tidak ada 3 model penjelasan etiologi depresi: model biopsikososial (the biopsychosocial model), teori dari sistem (theory of system) dan model diatesis-stres (the diatheses-stress model).
Model biopsikososial menjelaskan penyebab depresi terjadi interkoneksi dan interdependen dari faktor biologis, psikologis dan sosial. Model ini dapat efektif memprediksi terjadinya, keparahan dan kronisitas dari depresi dan memberi informasi subtipe berdasar biopsikososial.
Model diatesis-stres menjelaskan tentang hubungan antara penyebab potensial depresi dan derajat kerentanan individu untuk bereaksi terhadap penyebab tersebut. Model ini menjelaskan bahwa individu mempunyai kerentanan atau predisposisi untuk menjadi depresi pada berbagai derajat. Model ini mendukung bahwa mempunyai kecenderungan bawaan untuk menjadi depresi saja tidak cukup untuk mencetus terjadinya penyakit, tetapi harus berinteraksi dengan kejadian kehidupan yang stres (stressful life events) baik yang bersifat sosial, psikologis atau biologis untuk terjadi onset gangguan depresi.
Makin besar kerentanan bawaan pada seseorang, makin sedikit stresor lingkungan yang diperlukan untuk menjadi depresi dan sebaliknya. Sebelum dicapai sejumlah stresor yang melampaui batas kritis, maka individu secara umum dapat berfungsi normal dan kerentanannya dikatakan latent atau tersembunyi. Dampak dari stresor berbeda pada orang yang berbeda. Setiap stresor mempunyai dampak pada individu dalam dinamika yang unik. Sehingga menurut hipotesis diatesis-stres, maka faktor biologi secara khas berfungsi sebagai diatesis, faktor psikologis sebagai diatesis atau stresor dan faktor sosial berfungsi sebagai stresor atau pencetus.
Teori biologi dari depresi sering untuk mudahnya dikatakan sebagai ketidakseimbangan neurokimiawi atau neurotransmitters serotonin, norepinephrin dan dopamin serta yang akhir-akhir ini diduga juga terlibat pada depresi adalah glutamat dan amino butyric acid (GABA). Walaupun biokimiawi otak terlibat, namun penjelasan ini terlalu sederhana. Bahkan bila hanya melihat dimensi biologis dari depresi, otak mempunyai banyak lapisan dari kekompleksan. Penurunan produksi serotonin dapat menyebabkan depresi pada sebagian orang dan menyebabkan suasana perasaan murung, putus asa, hingga pikiran bunuh diri. Individu yang mengalami perasaan depresi, mengalami kadar norepinefrin yang menurun, demikian pula keadaan serotonin yang rendah mencetuskan penurunan kadar norepinefrin yang akhirnya menjadi depresi. Individu yang mengalami episode depresi yang multiple mempunyai saraf norepinefrin yang lebih sedikit daripada yang tidak pernah mengalami depresi.
Norepinefrin membantu mengenal dan merespon keadaan stress, sehingga diduga bahwa kerentanan terhadap depresi disebabkan karena system norepinefrin yang tidak mampu mengatasi stres dengan efisien. Kadar dopamin yang rendah menyebabkan individu tidak mempunyai gairah dan rasa senang terhadap aktivitas yang biasanya dilakukannya.
Genetik. Kembar identik berisiko 76% untuk menjadi depresi, sedangkan saudara tidak kembar hanya 50% risiko menjadi depresi bila ada salah satu saudaranya depresi. Penelitian pada kembar identik yang dipisahkan dan salah satunya dibesarkan oleh keluarga lain, maka bila salah satu kembar mengalami depresi, maka kembar lainnya juga berisiko menderita depresi sebesar 67%.
Risiko mengalami depresi mayor adalah 1,5-3 kali lebih tinggi di antara keluarga tingkat pertama dari pasien dibandingkan dengan keluarga tingkat pertama dari yang tidak depresi. Dengan kata lain orang yang mempunyai saudara atau orangtua depresi berisiko 3 kali untuk menjadi depresi dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai riwayat depresi pada orangtua atau saudara. Pada keluarga yang peminum alkohol juga berisiko lebih tinggi untuk menjadi deperesi dibandingkan populasi normal.
Teori kognitif mengatakan bahwa orang orang dengan depresi cenderung mencerna persoalan hidup dari sisi gelapnya, memandang pesimis terhadap masa depan, berpikir negative tentang diri sendiri dan orang lain. Orang dengan depresi kurang dapat berpikir objektif dan rasional, pikiran otomatisnya didominasi oleh tema tema ketidakberdayaan.
Bagaimana Tanda-Tanda Depresi ?
Depresi merupakan respons mental seseorang dalam menghadapi berbagai persoalan hidup. Depresi muncul disaat semua masalah menumpuk di otak dan seseorang tak tahu bagaimana cara mengatasinya. Sebagian besar orang tak merasakan gejala depresi, namun bila memuncak akan timbul perasaan yang tak bisa dihindari.
Bagaimana gejala depresi?
- Merasa sedih, murung, suasana hati kosong
- Kehilangan energi, perasaan letih, lemah,lesu
- Kehilangan minat dan kegairahan terhadap berbagai aktifitas yang sebelumnya disukai
- Merasa bersalah dan tidak berguna
- Gelisah, insomnia, atau sebaliknya tidur berlebihan
- Rasa pesimis, putus asa, hingga Ingin bunuh diri
- Perubahan pola tidur
- Masalah pada perubahan berat badan, bisa turun atau naik
- Tidak mampu berkonsentrasi
- Sering lelah, tidak berenergi
- Mudah sakit kepala dan mengalami ganggian pencernaan, namun tidak respon terhadap pengobatan.
Depresi Vs Kesehatan Fisik
Depresi dapat memengaruhi kesehatan fisik kita. Tidak percaya? Kecemasan yang berlebihan akan memacu hormon tertentu dalam tubuh, menyebabkan denyut jantung meningkat dan tekanan darah berlebihan. Depresi juga dapat menurunkan daya tahan tubuh, akibatnya tubuh gampang terkena penyakit. Selain itu, depresi memengaruhi metabolism gula darah di dalam tubuh, depresi juga menurunkan gairah seksual.
Bagaimana menghadapi depresi?
Penderita depresi membutuhkan dukungan dari lingkungan sekitar, dan masyarakat terkecil di lingkungan kita tinggal adalah keluarga. Keluargalah obat yang paling tepat dalam masalah gangguan jiwa seperti depresi. Anak-anak pun tak luput dari gangguan kejiwaan, karena ketidakmampuan mereka untuk menangani masalah yang dihadapi. Seorang anak masih sangat terbatas dalam memahami masalah dan menyelesaikan masalahnya. Kalau perempuan lebih banyak karena justru merekalah yang menjadi baban tumpuan dari penyelesaian masalah. Sementara jalur mereka untuk melepaskan beban jauh lebih sedikit dan terbatas dibandingkan kaum laki-laki, bahkan perempuan seringkali dituntut mampu menjadi problem solver dari semua masalah.
Yuk cegah depresi
- Pola hidup teratur: istirahat cukup (6-8 jam sehari) dapat menurunkan tingkat depresi.
- Pola makan seimbang agar stamina tubuh terjaga.
- Olahraga dan rekreasi adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya depresi.
- Sikap hidup yang positif, dengan berpikir rasional dan obyektif akan mencegah gejala depresi.
- Memiliki planning yang rasional dalam hidup, dan dapat menerima kondisi yang tak mungkin dapat diubah.
- Memiliki kerabat atau sahabat yang dapat sewaktu waktu saling berbagi dan saling membantu.
- Memiliki me time alias waktu untuk diri sendiri, di antara kesibukan yang padat.
- Lakukan kegiatan seperti spa, meditasi, yoga, dan relaksasi.
Mengembangkan kehidupan spiritual seperti; belajar lebih memahami diri sendiri, belajar mengerti orang lain, dan lebih mendekatkan diri kepada Sang Khalik. Bila gangguan depresi tak juga membaik, konsultasikan dengan psikiater, agar dapat segera diberikan pertolongan.
Referensi:
1.Rice P.L. (1999) Stress and Health, 3rd Edition, Brookes/Cole.
2.Kartono, Kartini. 2002. Patologi Sosial 3, Gangguan-gangguan Kejiwaan. Jakarta: Rajawali Pers.