Wali songo tokoh yang menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa. Dari sembilan wali, salah satunya ada nama Sunan Ampel atau Raden Rahmat.
Dia merupakan keponakan dari Raja Brawijaya Majapahit. Meski tergolong keturunan bangsawan, Sunan Ampel tak lantas suka berfoya-foya. Sosoknya pun dikenal agamis dan memiliki akhlak yang baik.
Beberapa literatur telah menjelaskan bagaimana perjalanan dakwah Sunan Ampel hingga mampu mengislamkan masyarakat Jawa yang saat itu mayoritas beragama Hindu.
Dengan pendekatan yang baik, Sunan Ampel membawa ajaran islam dengan filosofinya yang terkenal yakni moh limo itu, Sunan Ampel juga dikisahkan memiliki karomah yang luar biasa.
Lebih lanjut, berikut kisah Sunan Ampel beserta karamah dan filosofi Moh Limo yang dihimpun dari berbagai sumber pada Rabu (3/6).
Kisah Sunan Ampel dan filosofi Moh Limo.
foto: merdeka.com
Nama asli Sunan Ampel adalah Ali Rahmatullah atau dikenal Raden Rahmat. Dia lahir pada tahun 1401 di negeri Champa dari pasangan Maulana Malik Ibrahim dan Dewi Candrawulan. Secara kekeluargaan, Sunan Ampel juga keponakan dari Raja Brawijaya Majapahit.
Meski memiliki darah bangsawan, Sunan Ampel tak suka berfoya-foya. Dia justru mendalami ajaran agama dan turut mendidik keluarga kerajaan. Tak hanya itu, dia juga dikenal sebagai sosok yang bijaksana hingga Raja pun sering meminta pendapat Sunan Ampel ketika menemui suatu masalah.
Misalkan saja kisah di mana Raja merasa resah dengan ritual Bhairawa Tantra. Dikutip dari “Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Ajaran Moh Limo Sunan Ampel” karya Ahmad Yulianto, sebagian masyarakat di Jawa kala itu menganut aliran Bhairawa Tantra yakni terkenal dengan ritual Panca Ma yang berarti mamsa (daging), matsya (ikan), madya (minuman keras), maithuna (bersetubuh), dan mudra (semedi).
Dalam pelaksanaan ritual tersebut, para laki-laki dan perempuan dalam keadaan telanjang membentuk lingkaran. Mereka makan dan minum arak sampai mabuk. Selanjutnya mereka akan melakukan seks bebas yang kemudian dilanjutkan dengan semedi bersama-sama.
Raja pun meminta saran Sunan Ampel untuk menghilangkan kebiasaan hina tersebut. Kemudian Sunan Ampel pun merekontruksi ajaran Panca Ma dengan Moh Limo.
Moh Limo ini merupakan ajaran yang selaras dengan nilai nilai Islam. Dalam bahasa Jawa Moh Limo artinya menolak melakukan lima hal, yakni moh ngombe (tidak mabuk), moh madat (tidak mengonsumsi narkoba), moh maling (tidak mencuri), moh main (tidak berjudi), dan moh medok (tidak melakukan zina).
Tak hanya itu, Sunan Ampel juga mendirikan pesantren wilayah Ampel Denta. Pesantren itu menjadi pusat pendidikan Islam yang berpengaruh bagi masyarakat di sekitarnya. Murid-muridnya yang telah dibekali ilmu pengetahuan mengenai agama Islam kemudian disebar ke berbagai daerah. Dua muridnya yang terkenal adalah Sunan Giri dan Raden Patah.