Halodunia.net – Semalam aku bermimpi hal aneh. Aku berjalan di sebuah hutan yang sangat gelap. Aku hampir tidak bisa melihat apa-apa di sana. Tiba-tiba, ada sebuah cahaya yang seakan mengisyaratkan aku untuk mengikutinya. Aku yang bingung dan tak tahu berbuat apa bergegas mengikuti cahaya itu.
Di ujung jalan, cahaya itu menghilang. Tiba-tiba aku berada dalam ruangan yang bernuansa merah. Di ruangan itu, terdapat sebuah lilin yang menyala dan seekor babi hitam yang punya wajah menyeramkan.
Tiba-tiba aku tersentak. Aku terbangun dari tidurku dengan keringat sekujur tubuh. Aku merasa kalau aku telah memimpikan sesuatu yang aneh. Tapi, aku tidak bisa mengingat satu hal pun. Akhirnya, aku memutuskan untuk sholat malam. Aku berdoa agar aku dijauhkan oleh segala marabahaya.
Esok malamnya, aku bermimpi hal yang sama. Tiba-tiba aku berada di hutan gelap itu lagi. Cahaya yang menuntunku kemarin juga muncul di depanku. Anehnya, ia menuntunku kembali ke ruangan yang kemarin aku singgahi.
Bedanya, kali ini aku melihat orang tuaku sedang menunggui lilin itu. Mereka merapal mantra-mantra yang aku tidak paham artinya. Aku sangat tidak percaya saat aku melihat mereka seperti sedang berbicara dengan babi hitam itu.
Tiba-tiba, aku terbangun lagi. Aku tersentak dan keringatku mengucur. Lagi-lagi, aku tidak mengingat apa yang aku mimpikan. Meski aku tidak mengingatnya, aku merasa takut. Seluruh tubuhku bergetar karena ketakutan itu.
Akhirnya, kuberanikan diri untuk bangun dan bergegas sholat malam. Kali ini aku memohon agar mimpi itu hilang dan tidak menggangguku lagi.
Untuk yang ketiga kalinya, mimpi itu datang lagi. Kali ini cahaya yang datang sengat terang. Cahaya itu menuntunku ke ruangan yang sama. Ada lilin, babi hitam, dan orang tuaku. Kali ini, wajah babi hitam itu terlihat sangat menakutkan. Aku berusaha memanggil orang tuaku. Tapi, suaraku seperti tidak terdengar.
Tiba-tiba, aku terbangun. Kali ini, aku mengingat semua hal yang terjadi di dalam mimpiku. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku sangat ketakutan. Aku tidak paham arti mimpi itu. Tapi, yang pasti, aku takut kalau terjadi hal buruk kepada orang tuaku.
Aku bangun untuk sholat malam lagi. Aku memohon kepada Allah agar senantiasa menjaga orang tuaku. Aku sangat menyayangi mereka dan tidak ingin kehilangan mereka.
Keesokan harinya, aku mendatangi rumah kakekku dan bertanya tentang mimpi yang akhir-akhir ini aku alami. Ia adalah sesepuh desa yang alim, berat ilmunya, dan disegani masyarakat desa. Mungkin, jika aku bercerita kepadanya, aku bisa memahami pertanda apa yang ada di dalam mimpi itu.
Ketika aku memasuki rumah kakek, ia menatapku dengan tatapan yang prihatin. Setelah menaruh teh di atas meja, ia mengatakan sesuatu padaku.
“Nduk, aku tahu kenapa kamu datang kemari,” kata kakek.
Aku yang bingung, bertanya kepada kakek.
“Bagaimana kakek bisa tahu? Kakek tahu mimpiku?” tanyaku heran.
“Iya, kakek tahu. Karena kakek yang membuat kamu memimpikan itu,” kata kakek.
“Maksud kakek? Jadi, cahaya yang menuntunku di mimpi adalah kakek?” tanyaku.
“Tidak, tapi kakek yang mengutusnya. Seperti yang kamu lihat di mimpi itu, orang tua mu telah melakukan pesugihan belakangan ini. Kamu pasti juga tahu kan kalau warga di desa ini banyak kehilangan uangnya. Itu adalah ulah orang tuamu, Nduk,” kata kakek.
Sambil menghela napas, ia melanjutkan.
“Aku mengirimkan mimpi itu untuk membantu menyadarkan orang tuamu. Hanya kebaikan dan kesholehan anak yang bisa mengantarkan orang tua ke surga. Sadarkanlah mereka, Nduk,” kata kakek.
Malam hari, aku bergegas pulang ke rumah. Aku ingin menyadarkan orang tuaku dan membuat mereka menghentikan tindakannya. Aku tidak ingin mereka masuk neraka.
Sesampainya di rumah, aku langsung menuju kamar orang tuaku. Dan benar saja, ruangan itu sama persis dengan ruangan yang ada dalam mimpiku. Aku melihat ayah dan ibu sedang menunggui lilin yang menyala di tengah ruangan.
“Ayah! Ibu! Hentikan perbuatan kalian. Tobatlah Yah, Bu! Apa kalian tidak malu sama Allah karena berbuat hal seperti ini?”
Orang tuaku terkejut melihatku berdiri di ambang pintu. Mereka seakan tertangkap basah melakukan kesalahan. Tapi, mereka tidak terlihat bersalah. Mereka justru terlihat marah.
“Apa maksud kamu berkata seperti itu? Berkat ini semua, ibu bisa menyekolahkan kamu. Kamu seharusnya bersyukur!” bentak ibu.
“Ibu, semua yang ibu lakukan ini berdosa. Tidak ada yang patut disyukuri dari melakukan pesugihan,” kataku.
Ayahku yang berdiri di sebelah ibu kemudian mengelus bahu ibu.
“Apa yang dikatakan anak kita itu benar, Dik. Kita hentikan saja ritual berdosa ini,” kata Ayah.
Setelah berkata seperti itu, tiba-tiba muncul babi hitam yang ada di mimpiku. Babi itu terlihat lebih besar dari yang kulihat dalam mimpi. Wajahnya mengerang ganas. Kedua taringnya yang panjang tumbuh semakin besar.
Tiba-tiba, babi yang muncul di belakang ayah ibuku itu langsung menerkam kedua orang tuaku. Aku menjerit ketakutan dan meronta meminta tolong. Tapi, semuanya sia-sia karena babi itu menghilang bersama kedua orang tuaku.
Tulisan ini hanya rekayasa. Kesamaan tempat dan kejadian hanyalah kebetulan belaka.