Sepanjang sejarah, dunia telah menyaksikan bagaimana teori konspirasi adalah hal yang lumrah untuk beredar di internet dan dibicarakan dari mulut ke mulut.
Teori konspirasi adalah sebuah penjelasan dari situasi yang melibatkan konspirasi antara pihak-pihak yang memiliki kuasa atau jabatan politik. Hal ini kebanyakan bukan merupakan hal yang benar, atau hoaks. Namun ada kalanya teori konspirasi memiliki kebenaran.
Ketika sebuah teori konspirasi terbukti benar, ternyata ini adalah sesuatu yang mengerikan dan lebih seram dari cerita fiksi.
Berikut beberapa di antara teori konspirasi yang ternyata terbukti benar. Melansir Listverse, berikut ulasannya.
Project SUNSHINE
Meskipun punya nama yang tergambar seakan-akan ceria, Project SUNSHINE sejauh ini adalah yang paling gelap.
Ini adalah sebuah proyek nyata yang dihelat oleh Komita Energi Atom AS dan Angkatan Udara AS. Proyek ini dirancang untuk menyelidiki efek radiasi nuklir pada manusia serta lingkungan.
Proyek ini melakukan panen terhadap bagian tubuh anak-anak dan bayi yang telah meninggal di AS, tanpa seizin orang tua mereka.
Penggunaan bagian tubuh anak dilakukan karena kandungan strontium dalam tulang, yang lebih rentan terhadap kerusakan radiasi. Tentu hal ini akan membuat subjek uji radiasi akan lebih valid.
Meski demikian, kode etik kemanusiaan telah dilanggar dan pemerintah AS bertanggung jawab akan hal ini.
Project MKULTRA
MKULTRA awalnya adalah teori konspirasi yang cukup terkenal, di mana Pemerintah AS menguji obat-obatan psikedelik dan halusinogenik pada warga AS dan anggota militernya.
Hal ini dilakukan tanpa sepengetahuan mereka, dan bertujuan menyelidiki bagaimana obat tersebut berdampak pada perilaku.
Lebih lanjut, sebenarnya ada sebuah tujuan lain yakni diujinya teknik pengendalian pikiran kepada masyarakat.
Hal ini tak berjalan mulus, mengingat trauma bahkan kerusakan otak terjadi di para peserta.
Akhirnya proyek ini terungkap dan terbukti bahwa AS mengambil risiko untuk membahayakan nyawa warganya demi penelitian. Terlebih lagi tanpa persetujuan sang partisipan.
Mata-Mata Pemerintah AS
Pada Juni 2013, mantan anggota CIA dan kontraktor intelejen Edward Snowden, merilis ribuan dokumen rahasia ke wartawan. Dokumen tersebut merinci jaringan intelejen canggih AS bersamaan dengan beberapa negara Barat lainnya, yang bertujuan memata-matai penduduk sipil di seluruh dunia.
Banyak pemata-mataan ini dilakukan melalui perusahaan jejaring sosial. Seperti, pada tahun 2016, lembaga atas nama Pemerintah AS mengirim 50.000 permintaan data pengguna ke Facebook, 28.000 ke Google, dan 9.000 ke Apple.
Hal ini awalnya hanya teori konspirasi internet belaka. Namun ketika terbukti, tentu mengerikan di mana badan yang seharusnya menjaga keamanan internasional justru melakukan operasi spionasi kepada warga sipil maupun pemerintah negara lain.
Manipulasi Cuaca
Pada tahun 1993 silam, Badan Proyek Penelitian dan Pertahanan AS menggandeng militer AS dan juga Universitas Alaska, membesut sebuah program yakni High Frequency Active Auroral Research Program, atau HAARP.
Ini adalah proyek yang tak seberapa diungkap ke khalayak umum. Tentu karena ini, banyak yang berasumsi soal proyek ini, dan berujung ke teori konspirasi.
Beberapa di antaranya adalah ini adalah proyek satelit yang dapat menyebabkan gempa. Serta ini adalah proyek pemancar besar yang dapat menciptakan tornado dan tsunami.
Namun ternyata ini adalah lanjutan proyek lawas pemerintah AS di mana dilakukan teknik penyemaian awan untuk meningkatkan curah hujan.
Meskipun tidak sampai menyebabkan tornado, setidaknya proyek ini terbukti memberi hujan lebat dan teori konspirasi tersebut benar soal manipulasi cuaca.
Radar LGBT
Pada tahun 60an, sebuah teori konspirasi beredar bahwa Pemerintah Kanada mempekerjakan seorang profesor untuk mencari bibit-bibit homoseksualitas dari para aparatur negara.
Dipercaya, profesor tersebut dikomando untuk membuat sebuah gadget bernama “Fruit Machine” yang merupakan Gaydar, atau radar pencari bibit LGBT.
Namun ternyata hal ini terungkap dan terbukti benar, hingga soal radar LGBT tersebut.
Sang profesor adalah Frank Robert Wake dari Carleton University, yang menggunakan radar LGBT tersebut ke para pegawai negeri.
Caranya, ia memasangkan alat ke obyek yang diperiksa, lalu memperlihatkan gambar erotis sesama jenis. Lalu alat akan mengukur pelebaran pupil, tingkat keringat, dan perubahan denyut nadi untuk mengetahui seberapa ‘gay’ dia.
Akhirnya, 9.000 orang dipecat sebelum pendanaannya dipotong dan proyek ini tak berjalan lagi karena alasan kemanusiaan dan pelanggaran privasi.