halodunia.net Tidak semua orang tau bahwa di kampung tua Peneleh Surabaya juga banyak menyimpan tempat bersejarah yang sangat penting dalam perjalanan Indonesia.
Bila sebelumnya ditemukan bukti arkeologis peninggalan jaman Kerajaan Majapahit yakni berupa Sumur Jobong, di Kampung Peneleh ini juga ada peninggalan bersejarah lainnya yakni rumah kelahiran mantan Presiden Indonesia Soekarno dan rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau dikenal HOS Cokroaminoto.
Soekarno lahir di Peneleh Surabaya, Jawa Timur pada 6 Juni 1901, dari pasangan Soekemi dengan Ida Ayu Nyoman Rai dengan nama kecil Koesno.
Rumah sederhana dengan luas sekitar 5 X 14 meter ini berada di tengah pemukiman padat penduduk di Jalan Peneleh gang Pandean IV nomor 40, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng.
Rumah ini juga sudah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya pada Tahun 2013 silam sebagai Rumah Kelahiran Bung Karno, oleh Pemerintah Kota Surabaya.
Tidak sulit untuk mencari rumah ini, tinggal cari Jalan Peneleh, dan setelah itu mencari gang Pandean IV nomor 40, berada di sisi kiri jalan didalam gang selebar sekitar 3,5 meter.
Di atas daun pintu rumah tersebut terpasang pelat kuning yang menjelaskan sebagai bangunan cagar budaya dengan SK Walikota Surabaya nomor 188.45/321/436.1.2/2013
Tak jauh dari lokasi rumah kelahiran Bung Karno, sekitar 800 meter juga terdapat peninggalan sejarah lainnya yakni rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau yang lebih dikenal HOS Tjokroaminoto.
Rumah bersejarah ini terletak di Jalan Peneleh 7 no 29-31 Surabaya.
“Rumah ini menjadi bersejarah dan penting kareana dari rumah ini lahir nama nama besar yang berpengaruh,” kata Kuncarsono Prasetyo, pemerhati sejarah.
Selain ditinggali sendiri oleh HOS Tjokroaminoto, rumah itu juga dijadikan Tjokroaminoto sebagai rumah kos serta menjadi tempat belajar bagi murid-muridnya.
Tjokroaminoto sendiri merupakan pentolan dari Sarekat Islam atau SI yang merupakan transformasi dari Sarekat Dagang Islam.
Sejumlah nama nama berpengaruh pernah nge kos di rumah ini seperti, Soekarno, Semaun, Alimin, Darsono, Tan Malaka, Musso hingga Kartosoewirjo.
Sebelumnya, Soekarno kecil pindah tempat tinggal di Mojokerto karena mengikuti ayahnya pindah tugas sebagai seorang guru.
Menginjak usia 15 Tahun dan saat itu hendak masuk sekolah setingkat SMA Soekarno dititipkan oleh orangtuanya di rumah HOS Tjokroaminoto ini.
Soekarno merupakan siswa HBS atau Hogere Burgerlijk Schools yang katanya adalah sekolah lanjutan di zaman belanda.
Soekarno ngekos dirumah tersebut selama dua tahun, yaitu pada tahun 1917 sampai 1919.
Yang menarik kata Kuncar, dari berkumpulnya Soekarno, Alimin, Musso, Kartosoewirjo dan yang lainnya akhirnya mereka memberikan konsepsinya masing-masing terhadap negara ini.
Soekarno, memilih ideologi nasionalisnya. Semaun, Musso dan alimin, dimasa depan menjadi kamerad yang berhaluan komunis.
Kartosoewirjo, dianggap pemberontak juga karena memproklamirkan Negara Islam Indonesia (NII). Sementara Tan Malaka adalah seorang revolusioner yang bergerilya hingga ke luar negeri.
Yang perlu digaris bawahi, dari rumah sederhana milik HOS Tjokroaminoto ini. Semua pemikiran-pemikiran dan gerakan revolusioner ataupun pemberontakan mereka pelajari dirumah sederhana ini.
Di rumah ini juga Soekarno mempersunting anak pertama HOS Tjokroaminoto Siti Oentari sebagai istri yang pertama, meski pada akhirnya Siti Oentari ini dicerai oleh Soekarno.