Halodunia – Waduh ternyata asal usul virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19 kembali dipermasalahkan.
Ini setelah sebuah dokumen berhasil diperoleh oleh para penyelidik Amerika Serikat (AS).
Namanya adalah makalah bom dan sukses diakses oleh Departemen Luar Negeri AS.
Isinya sangat mengejutkan.
Dilansir dari dailymail.co.uk pada Minggu (9/5/2021), ilmuwan China dilaporkan telah mempersiapkan Perang Dunia 3 dengan senjata biologis dan genetik.
Termasuk virus corona selama enam tahun terakhir.
Bukti terbaru bahwa Beijing mempertimbangkan potensi militer dari virus corona SARS sejak 2015 juga telah menimbulkan kekhawatiran baru atas penyebab Covid-19.
Sebab beberapa pejabat masih percaya bahwa virus itu lolos dari laboratorium China.
Dokumen yang dibuat oleh para ilmuwan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA China) dan pejabat kesehatan, yang rinciannya dilaporkan di The Australian, meneliti manipulasi penyakit untuk membuat senjata dengan cara yang belum pernah terlihat sebelumnya.
Para penulis dokumen tersebut bersikeras bahwa Perang Dunia 3 akan bersifat biologis.
Warganya Berbondong-bondong ke Indonesia, Ternyata RS di India Terancam Kolaps | Intisari Online
Gara-gara Indonesia, Kaisar Prancis Napoleon Bonaparte Kalah dalam Perang Eropa | Intisari Online
Daftar 381 Titik Penyekatan Mudik Lebaran 2021 | Intisari Online
7 Pasukan Khusus Terbaik dalam Perang Dunia II | Intisari Online
Timor Leste Semakin Sengsara, Perilaku Para Pejabat Inilah yang jadi Alasannya | Intisari Online
Inilah Pedang Mematikan Sepanjang Sejarah | Intisari Online
Ini tidak seperti dua perang sebelumnya yang masing-masing digambarkan sebagai perang kimia dan nuklir.
Makalah itu merujuk pada dua bom atom yang dijatuhkan di Jepang dan memaksa mereka untuk menyerah, serta mengakhiri Perang Dunia 2.
Karenanya kini China mengklaim senjata biologis akan menjadi senjata inti untuk kemenangan dalam Perang Dunia 3.
Dokumen tersebut juga menguraikan cara-cara untuk melepaskan senjata biologis dan menyebabkan kerusakan maksimum terhadap sistem medis musuh.
Para ilmuwan mengatakan serangan semacam itu tidak boleh dilakukan di tengah hari yang cerah.
Ini karena sinar matahari yang intens dapat merusak patogen, sementara hujan atau salju dapat memengaruhi partikel aerosol.
Sebaliknya, harus dilepaskan pada malam hari, atau saat fajar, senja, atau di bawah cuaca mendung, dengan arah angin yang stabil.
Sehingga aerosol dapat melayang ke area sasaran.
Sementara itu, penelitian juga mencatat bahwa serangan semacam itu akan mengakibatkan lonjakan pasien yang membutuhkan perawatan di rumah sakit, yang kemudian dapat menyebabkan sistem medis musuh runtuh.
“Dokumen ini menimbulkan kekhawatiran besar tentang ambisi beberapa dari mereka,” kata Anggota Parlemen Tom Tugendhat, ketua komite urusan luar negeri.
“Bahkan mereka sangat sadar bahwa senjata-senjata ini berbahaya.”
“Tak hanya untuk musuh, tapi warga China sendiri.”
Skenario Terburuk Perang Dunia III, Perang Nuklir Diprediksi Makin Mendekat | Intisari Online
Joe Biden Jamin China Tak Akan Bisa Jadi Pemimpin Dunia | Intisari Online
Inilah 6 Konflik yang Konon Bisa Memicu Perang Dunia III | Intisari Online
Sebelumnya, badan intelijen mencurigai Covid-19 mungkin hasil dari kebocoran laboratorium Wuhan yang tidak disengaja.
Namun belum ada bukti yang menunjukkan bahwa dugaan itu benar.
Baru minggu ini, Presiden Brasil Jair Bolsonaro tmengkritik keras China dengan menuduhnya menciptakan Covid untuk memicu ‘perang’ kimiawi.
Apalagi Bolsonaro menambahkan China menjadi negara yang justru sukses meningkatkan PDB.
Sementara negara lain justru tengah berusaha mengatasi lonjakan kasus baru dan kasus kematian.
Data dari Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan memang menunjukkan bahwa China adalah satu-satunya anggota G20 yang PDBnya menunjukkan pertumbuhan selama pandemi pada tahun 2020.
Terlihat PDB-nya meningkat sebesar 2,3%.
Mantan Presiden AS Donald Trump juga menuduh WHO meniru propaganda China pada virus sejak wabah pertama kali diumumkan ke dunia.
Tapi China menolak kritik itu dan menuduh AS malah melakukan tekanan politik pada para ahli misi pencari fakta.