Halodunia.net – Dua tanda ini muncul dalam diri setiap orang yang memiliki hubungan yang bahagia, mengasyikkan dan abadi bersama (ilustrasi diolah pribadi)
Jujur ya, berapa kali kamu bergonta-ganti pasangan?
Apakah menurutmu pasanganmu yang saat ini, adalah pasangan terakhir dan orang yang tepat bagimu untuk mengarungi kehidupan bersama, dalam suka dan duka?
Kalau menurutmu si dia orang yang tepat, bagaimana kamu bisa tahu?
Tanpa perlu sungkan, istriku yang sekarang adalah perempuan keempat yang pernah mengisi relung hatiku. Cinta pertamaku kandas kala masa-masa indah SMA. Dua nama lain sempat mampir di hati ketika mengarungi dunia perkuliahan. Sayang bertepuk sebelah tangan.
Hingga kemudian aku bertemu istriku yang sekarang. Setelah menjalani kehidupan bersama selama lebih dari 15 tahun, larut dalam bumbu-bumbu cinta dan rumah tangga, aku bersyukur memiliki pasangan hidup seperti istriku. Hingga saat ini, aku merasa istriku orang yang tepat bagiku.
Bagaimana bisa?
Terlepas dari individualitas kita, semua orang memiliki perasaan, keinginan, kebutuhan, dan impian yang serupa. Tidak ada pendekatan yang seratus persen pasti untuk menentukan orang yang tepat untuk diri kita sendiri. Tetapi, pasti ada kemiripan berulang yang muncul dalam hubungan yang paling bahagia dan paling sukses.
Aku tidak mengklaim memiliki hubungan yang sempurna. Aku juga tidak mengklaim mengetahui rahasia hubungan yang sukses. Tapi yang kutahu adalah bahwa 2 tanda berikut ini muncul dalam diri setiap orang yang memiliki hubungan yang berkembang yang pernah aku kenal. Hubungan yang langgeng, tanpa kegagalan pernikahan.
Berikut 2 tanda pasanganmu orang yang tepat bagimu:
Memiliki visi yang sama
Banyak orang menganggap pasangan yang tepat itu adalah yang memiliki chemistry, atau ikatan kimiawi baik secara lahir maupun batin. Chemistry ini seringkali dikaitkan dengan memiliki atau pasangan yang saling melengkapi. Kekurangan pasangan ditutupi dengan kelebihan.
Ini definisi yang tidak jelas. Kecocokan dalam hal apa? Melangkapi dalam hal yang bagaimana?
Aku lebih cenderung menganggap pasangan yang tepat dan memiliki chemistry itu pasangan yang memiliki visi yang sama.
Ketika kami memutuskan akan menikah, aku dan istriku menemukan menemukan kenyataan bahwa kami memiliki visi yang sama. Dari cara kami ingin membesarkan anak-anak hingga gaya hidup yang kami perjuangkan dan apa yang ingin kami capai sebelum kami meninggal. Tentu, pada saat itu kami berdua tidak berada di dekat salah satu dari hal-hal itu. Tetapi, kenyataan bahwa kami memiliki visi yang sama membuat kami menemukan kenyamanan dalam gagasan bekerja sama untuk mencapai visi dan tujuan hidup kami berdua.
Terlepas dari seberapa mirip atau berbeda kamu dengan pasanganmu, atau seberapa cocok kalian berdua, penting bagimu untuk memiliki kesamaan visi yang sedang kamu upayakan. Di jalan panjang di depan cinta, petualangan, dan persahabatan, kamu ingin berjalan ke arah yang sama dengan pasanganmu, bukan bertolak belakang.
Saat kita jatuh cinta dengan seseorang, kita tidak hanya mencintai mereka apa adanya, tetapi juga seluruh potensi dirinya. Ketika kita dan pasangan dapat menyetujui jalan yang ingin kita ambil dalam hidup, itu sama artinya kita menciptakan ikatan pemahaman sejati dan saling mendukung.
Saling Menyetujui hal-hal yang besar
Banyak yang bilang pasangan yang tepat adalah orang yang memiliki kecocokan atau kesamaan dalam berbagai hal. Hobi yang sama, selera musik yang sama, bahkan sampai gaya berpakaian yang sama pul.
Menurutku, hal-hal seperti ini adalah urusan kecil. Tidak masalah bila kita dan pasangan saling berbeda dalam hal-hal kecil seperti itu. Mungkin mulanya perbedaan ini membuat kita dan pasangan merasa tidak nyaman atau bahkan membuat frustasi. Tetapi hubungan yang penuh kasih dapat melewati hampir semua masalah kecil itu.
Sebaliknya, bila kita dan pasangan berbeda pendapat dan pendirian dalam hal-hal besar yang prinsip dan menentukan hidup kita, perbedaan ini bisa menghancurkan hubungan kita dan pasangan. Hal-hal besar seperti apakah akan memiliki anak atau tidak, keyakinan pada suatu agama, tujuan hidup, dan sikap terhadap keluarga dapat menambah ketegangan yang luar biasa sekalipun kita merasa punya hubungan yang paling penuh kasih.
Kamu mungkin setuju untuk tidak memiliki anak demi pasanganmu. Kamu mungkin setuju untuk menghormati dan mendukung keyakinan atau agama pasanganmu yang berbeda. Kamu mungkin rela berkorban menghabiskan lebih sedikit waktu dengan orangtua karena pasanganmu tidak terlalu peduli dengan ‘keluarga’. Kamu mungkin rela melakukan semua ini untuk membuat pasanganmu bahagia dan menerimanya atas nama cinta, pengorbanan, dan kompromi. Tapi jauh di lubuk hati, suatu saat kamu akan sulit untuk tidak membenci pasanganmu. Sulit untuk tidak membenci seseorang yang sudah kamu beri pengorbanan begitu besar ketika di antara kalian timbul perselisihan.
Kamu mungkin bisa mengatasi perasaan seperti itu selama beberapa tahun atau lebih lama. Tetapi, rasa frustasi dan kebencian itu akan menumpuk dan mengarah pada kesedihan. Rasa frustasi bahkan bisa meledak menjadi dendam. Kamu merasa sudah mengorbankan hidupmu demi pasanganmu, dan pada suatu saat ingin menuntut kompensasi atas pengorbananmu tersebut.
Di sisi lain, jika kamu dan pasanganmu selaras dalam ‘hal-hal besar’ dan prinsipil, hubunganmu akan jauh lebih kuat. Kamu tidak hanya akan dihadapkan dengan pada keselarasan, tetapi juga dukungan dan dorongan ekstra dalam apa pun yang kamu yakini benar.
Kesimpulan
Hubungan yang bahagia bukan tentang kualitas pasangan kita saja. Tetapi jika kita bersama seseorang yang memiliki kualitas di atas atau setidaknya siap untuk bekerja membangunnya, kita bisa berada dalam perjalanan membina hubungan yang bahagia, mengasyikkan, dan abadi bersama.
“Ketika kau melihat sesuatu dengan hatimu maka penglihatan kedua mata tidaklah lagi memiliki pengaruh. Itulah kenapa disebut cinta itu buta.”
Penulis: Himam Miladi