Beredar narasi bahwa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) merupakan tempat berkumpul atau kumpulan orang-orang anti-Islam dan memusuhi ulama. Narasi ini beredar melalui pesan berantai WhatsApp.
“Sesuai fakta bahwa PDIP adalah kumpulan orang orang yang anti Islam, memusuhi Ulama dan Umat Islam dan tidak Pancasilais serta tidak punya rasa nasionalis,” bunyi narasi yang beredar.
Narasi ini diawali dengan label seruan. Kemudian pada bagian akhir narasi terdapat kalimat viralkan.
Berikut narasi selengkapnya:
SERUAN
Kepada Para Ulama dan Umat Islam di Jawa Tengah, Jawa barat, DIY dan di Jawa Timur, dan di Indonesia pada umumnya tunjukan jati diri kalian sebagai seorang muslim yang anti Komunis, dengan cara tidak mau menjadi Combe atau Kacung atau Budak nya PDIP_ dan jangan pernah mendukung PDIP dan orang2 yang dicalonkan PDIP dalam Pilkada, Pilleg dan Plpres.
Sesuai fakta bahwa PDIP adalah kumpulan orang orang yang anti Islam, memusuhi Ulama dan Umat Islam dan tidak Pancasilais serta tidak punya rasa nasionalis
Buktinya banyak yaitu Ketua Umumnya tidak berhijab dan tidak percaya akherat, para Ulama dan Umat islam garis lurus dituduh radikal banyak oknum berbau komunis, kafirun dan munafikun yang berkumpul dan menjadi kader PDIP menuduh dan memfitnah Ulama dan Umat Islam yang kritis serta melaporkan kepada Polisi
Jadi tidak ada alasan untuk mendukung PDIP hanya karna kepentinga sesaat hingga mengorbankan Negri ini Allohu Akbar !!!
Yuks kedepan jangan dukung, jangan pilih PDIP dan ayo kita bau membahu untuk tenggelamkan PDIP.
UMAT islam dan Indonesia akan damai dan tenteram tanpa PDIP dan juga Indonesia akan terbebas dari radikalisme dan premanisme gak PDIP
Viralkan…!
Penelusuran:
Dari penelusuran tim Cek Fakta Medcom.id, klaim bahwa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) merupakan tempat berkumpul atau kumpulan orang-orang anti-Islam dan memusuhi ulama, tidak berdasar. Faktanya, PDIP memberikan klarifikasi terkait isu tersebut.
Dilansir JPNN.com, Sekretaris Umum Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) Nasyirul Falah Amru atau Gus Falah mengaku tuduhan yang dialamatkan kepada partainya tidak rasional. Pasalnya, PDIP juga memiliki komitmen tinggi terhadap Islam.
“Jangan lupa juga, PDIP memiliki organisasi sayap bernama Baitul Muslimin Indonesia atau Bamusi, organisasi sayap partai di bidang keislaman yang dibentuk oleh DPP PDIP pada tahun 2007. Bamusi ini beranggotakan kaum muslimin dari berbagai ormas Islam,” kata Gus Falah seperti dilansir JPNN.com, Jumat 26 Juni 2020.
Gus Falah menambahkan di seluruh kantor partai dari tingkat DPP hingga DPC di seluruh Indonesia hampir semuanya memiliki masjid atau musala. Bahkan masjid di kantor DPP PDIP selalu menyelenggakaran salat Jumat dan menyemarakkan kegiatan lainnya di hari besar Islam.
“Jadi, seluruh fakta yang ada menunjukkan PDIP sama sekali bukan komunis, sehingga para pihak yang selalu menuduh PDIP sebagai komunis itu, mungkin ‘salah minum obat'” ujar Gus Falah.
Di sisi lain, juga terdapat kader PDIP yang menjadi kepala daerah pro terhadap kegiatan Islam. Di antaranya, Bupati Banyuasin, Sumatera Selatan, Askolani Jasi.
Bupati Askolani ini memiliki program Salat Duha sebagai bagian dari langkah mewujudkan visi dan misi Banyuasin Religius. Program ini diharapkan dapat memicu kebangkitan peradaban Islam.
“Program dan visi misi bupati tak akan bermanfaat banyak jika tidak mendapat ridho dari Allah, dengan sholat dhuha ini Insya Allah dapat menjemput keridhoan Allah SWT,” kata Askolani seperti dilansir TribunSumsel.com, Rabu 9 Januari 2019.
Di bawah kepemimpinan Askolani, juga terdapat program pemberian insentif untuk para guru ngaji, ustaz dan ustazah. Pula program untuk rumah tahfids, gerakan Maghrib Mengaji dan umrah gratis untuk para ulama, tokoh agama dan tokoh masyarakat yang kurang mampu.
Kesimpulan:
Klaim bahwa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) merupakan tempat berkumpul atau kumpulan orang-orang anti-Islam dan memusuhi ulama, tidak berdasar. Faktanya, PDIP memberikan klarifikasi terkait isu tersebut.