Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) siap menggelontorkan investasi sebesar US$ 22,8 miliar atau setara dengan Rp 319,2 triliun (kurs Rp 14.000) di Indonesia. Melalui Sovereign Welth Fund, bersama dengan Masayoshi dari Softbank (Jepang), dan juga dari International Development Finance Corporatio (IDFC) Amerika Serikat.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan UEA ingin berkontribusi bagi negara Indonesia karena memiliki penduduk Islam terbanyak.
“Tadi dibicarakan dari Presiden mengenai Sovereign wealth fund waktu tete a tete kebetulan saya ada, bahwa Crowned Prince itu berulang kali mengatakan bahwa Indonesia adalah sahabat kami yang sangat dekat. Berulang kali beliau mengingatkan bahwa Indonesia penduduk Islam terbanyak. Jadi, mereka ingin berkontribusi bagi negara Indonesia,” kata Luhut dikutip dari laman Sekretariat Kabinet RI.
Baca Saja: Indonesia Sudah Mampu Getarkan Dunia, Kenapa Masih Ada Demo
Luhut menilai, persetujuan investasi yang disampaikan Putra Mahkota UEA, Pangeran Sheikh Mohammed Bin Zayed adalah kesepakatan investasi terbesar dalam sejarah Indonesia di negara Timur Tengah.
Dengan Sovereign Welth Fund itu, UEA akan masuk berinvestasi dalam pembangunan Ibu Kota Baru di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur dan dalam pembangunan di Aceh.
“Aceh itu mereka sangat ingin masuk properti. Nah, minggu depan kami akan tadi apa perintah Presiden, Gubernur Aceh, dan tokoh-tokoh di situ untuk bicara ini karena mereka ada beberapa persyaratan itu mereka masuk,” ungkapnya.
Baca Saja: Baca dan Pahami Sambil Ngopi Seberapa Kuat Indonesia Dimata Dunia Saat Ini
Sebelumnya Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menyampaikan, dalam pertemuan bilateral antara Presiden Jokowi dengan Pangeran Sheikh Mohammed Bin Zayed itu dihasilkan 16 kerja sama. Rinciannya 5 kerja sama sifatnya G to G, sementara 11 kerja sama yang lain sifatnya adalah business.
“Untuk G to G nya adalah di bidang pendidikan Islam, kemudian kesehatan, kemudian pendidikan itu sendiri, terus kemudian dari agriculture, dan untuk counter terrorism. Sedang yang 11 lainnya adalah sifatnya B to B (Business to Business),” jelas Menlu.
Baca Saja: Peran Penting Jokowi Dalam Islam